Akibat perompakan yang marak di perairan Somalia dalam beberapa tahun terakhir, kerjasama perdagangan Indonesia dan Somalia terancam. Terutama yang paling terkena imbasnya adalah impor sarung asal Indonesia, yang merupakan tren utama masyarakat Somalia.
Duta Besar Somalia untuk Indonesia, Muhamud Olow Barow, pada Jumat, 15 April 2011, mengatakan bahwa sarung merupakan tren yang tidak terpisahkan dari warga Somalia. Barow mengatakan bahwa hampir seratus persen warga Somalia menggunakan sarung dalam keseharian mereka.
"Mulai dari raja sampai presiden, semuanya menggunakan sarung. Sarung itu enak dipakai ketika selesai bekerja. Sarung Indonesia paling banyak diimpor, karena katunnya bagus," ujar Barow.
Berkat tren bersarung inilah Indonesia menjadi pengimpor sarung terbesar bagi Somalia. Terhitung setiap tahunnya, sedikitnya 20 juta potong sarung diimpor Somalia dari Indonesia.
"Yang paling mahal adalah sarung dari Solo, sekitar US$15 sampai US$40," ujar Barow.
Namun, sejak perompakan marak di perairan Somalia dalam beberapa tahun terakhir, perdagangan sarung semakin sulit karena tidak ada yang berani melintasi perairan menuju Somalia. Sarung asal Indonesia diimpor dari Uni Emirat Arab atau Dubai melalui jalur darat.
"Akibat perompakan, kerja sama perdagangan antara Indonesia dan Somalia menurun hingga 60 persen," ujar Barow.
Tidak hanya sarung, impor dari Indonesia lainnya yang terancam adalah semen. Menurut Barow semen Indonesia berkualitas lebih baik daripada semen dari negara lain. Dia mencontohkan, satu karung semen dari Indonesia dapat mencampur hingga 20 sak pasir, sedangkan semen dari negara lainnya hanya 10 sak pasir.
"Ini berarti semen dari Indonesia seluruhnya semen, tanpa campuran," ujarnya.
Selain sarung dan semen, berbagai produk asal Indonesia lainnya juga terancam tidak dapat lagi dinikmati oleh warga Somalia, diantaranya adalah detergen, sabun mandi, dan minyak goreng.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar