Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

Nyanyian Orang Pinggiran Franky Sahilatua

Written By Mas Donny on Minggu, 24 April 2011 | 08.39

Pesan terakhir itu sederhana. Pemusik Franky Sahilatua meminta istrinya menjaga gitar miliknya. "Dia hanya punya empat gitar. Dibeli dengan uang sendiri,” ujar Harwantiningrum, sang istri.
Gitar itu adalah hidup Franky. Ke mana pun sang pemusik itu pergi, gitar itu selalu bersamanya.

Pada Rabu 20 April 2011, Franky pergi menuju keabadian, setelah lama menderita kanker sumsum tulang belakang.  Dia menemui maut dengan tenang, di tengah haribaan keluarga, di RS Permata Hijau, Jakarta Selatan.  Saat ajal menjelang, Franky masih mendengar suara anaknya di Singapura, melalui sambungan telepon.

Harwantiningrum, atau akrab disapa Antiq, sangat kehilangan. Dia bertekad menjaga gitar warisan Franky itu. “Bagaimana sulitnya hidup kamu nanti, jangan dijual. Kalau dipinjamkan silakan segera dikembalikan”,  begitu kata Franky kepada Antiq. “Sesuai amanatnya, saya akan simpan gitar itu,” ujar Antiq kepada VIVAnews, Kamis,  21 April 2011, di rumah duka di Bintaro, Tangerang.

Gitar adalah hidup Franky, dan juga saksi bisu lika-liku hidup pemusik balada itu. Dia pernah mengatakan, sesungguhnya dia tergelincir menjadi pemusik. Sejak kecil, Franky justru ingin jadi pelaut. Tapi, orangtuanya tak setuju.

Suatu kali, dia didaulat mengisi acara perpisahaan SMA. Franky tampil memikat dengan lagu-lagu John Denver. Teman-temannya suka, dan dia mendapat sambutan meriah. Dia pun ketagihan tampil, dan menjadi langganan pengisi acara di sekolahnya.

Makin lama kecintaannya pada musik kian kuat. Franky lalu berniat menjadi penyanyi profesional.  Setelah cukup modal, ia merantau ke Jakarta. Mencari peluang rekaman, ia merangkak dari bawah. Nasibnya sempat tak jelas. Baru pada 1975, Franky membuat soundtrack bagi film 'Ali Topan Anak Jalanan’. Film itu laris. Namanya mulai dikenal publik.

Pada pertengahan 1970, Franky melesat di blantika Indonesia bersama adiknya, Jeanne Sahilatua.  Duet  ‘Franky & Jean’ menjadi ikon lagu balada masa itu. Sedikitnya 15 album tercipta. Sejumlah hits pun melegenda seperti 'Gadis Kebaya', 'Bis Kota', dan 'Musim Bunga'. Hampir seluruhnya mengusung tema alam.

Tapi setelah berkeluarga, Jeanne memilih berhenti dari musik. Franky lalu bersolo karir.
Dia kelak tampil dengan kematangan baru bermusik. Gitarnya kian tajam. Dia lekat dengan lagu bertema kritik sosial. Dengarlah tembang 'Terminal', 'Orang Pinggiran', 'Perahu Retak', 'Menangis', dan 'Di Bawah Tiang Bendera', 'Aku Mau Presiden Baru', dan 'Jangan pilih Mereka'.
Franky adalah juga lelaki pecinta keluarga, seperti tembangnya 'Keluarga Adalah Cintaku'. Anak sulung Franky, Ken Noorca Sahilatua bercerita, betapa pada saat-saat akhir hidupnya itu, Franky ingin menimang cucu. "Dia ingin cucu dari saya, dan mengatakannya sambil menangis," kata Ken. Apa daya, keinginan itu belum sempat terkabul. Ken belum menikah.

Sensitif, dan kritis
Franky punya kepekaan tinggi. Ia, misalnya, gampang terharu. Soal ini, penyanyi balada Ebiet G Ade punya pengalaman tak terlupakan. Kala itu, Ebiet dan Franky mengisi acara di Makasar. Ebiet menyanyikan lagu 'Titip Rindu Buat Ayah'.

Tak disangka, lagu itu membuat Franky menangis. "Itu surprise buat saya. Dia bukan tipe yang denger lagu nangis. Tapi waktu itu ayahnya sakit," kata Ebiet kepada VIVAnews.com.

Mungkin itu sebabnya, dia juga gampang tersulut melihat ketidakadilan. Dengan gitarnya, dia mengkritik kekuasaan. Sahabatnya, sutradara Garin Nugroho, pernah diceritakan Franky, bahwa dia akan kembali menciptakan lagu keluarga, jika pemerintahan sudah berjalan baik. Sebelum saat itu tiba, dia akan terus bernyanyi lagu bertema politik dan sosial.

Menurut Garin, Franky adalah pedendang lagu bertema politik dan sosial yang baik. Dalam hal bermusik, penyanyi lagu 'Perahu Retak' ini punya spontanitas berkarya. Tak hanya lagu bertema politik, Franky juga piawai menciptakan lagi bertema cinta, seperti "Kemesraan".

Franky bukan jenis pemusik doyan hidup glamor. Penyanyi Sri Rossa Roslaina Handiyani alias Rossa mengatakan Franky manusia sederhana. "Dia realistis, dan nggak neko-neko," cerita Rossa yang mengenal Franky sejak di bangku sekolah dasar.  Saat itu, Franky membuatkan lagu untuknya.  “Judulnya 'Tentang Angka'. Itu lagu pelajaran hitung menghitung, dan bermanfaat buat anak-anak seusia saya ketika itu," ujar Rossa.

Kesederhanaan sepertinya menjadi sikap hidup Franky. Dia memang tak neko-neko. Itu juga sebabnya dia tak terlalu dilirik oleh industri, yang lebih memilih lagu gampang laku di pasar. "Sedih sekali, ketika seorang yang sering membawa kekuatan pada negeri ini, malah menjadi anak tiri di negerinya sendiri," ujar Garin menambahkan.
Komitmen sosialnya seakan menempatkannya menjadi "orang pinggiran". Tapi pengamat musik Bens Leo mengenang sosok Franky sebagai musisi konsisten. Dia teguh dengan tema sosial dan lingkungan. Kritik dalam lagunya itu kerap mencerminkan realitas sosial. “Kepergian Franky adalah kehilangan besar bagi bangsa ini,” ujar Bens.

Franky juga seorang dermawan. Dia kerap  menyumbangkan hasil penjualan albumnya membantu sesama. Seperti gempa di Yogyakarta, ia menyumbangkan hasil penjualan album 'Satu Hati' produksi Solidaritas Indonesia (Solid) untuk para korban.

Dia juga tak gampang patah. Saat serangan kanker ganas itu membuat tubuh Franky lemah, semangatnya justru menyala. "Meski sakit, jiwa seninya masih muncul. Sempat nulis lagu. Yang terakhir judulnya 'Anak Tiri Republik', dan 'Sirkus dan Pangan'," kata sahabat dekat Franky, politisi Ferry Mursyidan Baldan.

Sang istri, Antiq, mengatakan Franky sedang mengejar target menyelesaikan empat lagu, antara lain 'Taman Sari Indonesia' serta 'Kemiskinan'. "Lagu-lagu ini rencananya akan siap didengarkan atau dirilis bulan ini,” ujar Antiq.  Selama sakit, kata Antiq, Franky malah tak terdengar mengeluh.  “Dia justru masih memikirkan keadaan bangsa ini”. 

Di Taman Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir,  jenazah penyanyi yang mencintai alam itu dikembalikan ke pangkuan bumi, pada Jumat 22 April 2011. Gitar yang ditinggalkannya mungkin akan senyap. Tapi lagu-lagunya yang sarat cinta dan kritik sosial itu, akan terus didendangkan orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar