Judul buku : A Golden Web: Kisah Ahli Anatomi Perempuan Pertama di Dunia
Penulis : Barbara Quick
Penerbit: Atria Jakarta
Cetakan : 1, Maret 2011
Tebal : 272 halaman
Penulis : Barbara Quick
Penerbit: Atria Jakarta
Cetakan : 1, Maret 2011
Tebal : 272 halaman
Ada begitu banyak kisah kelam tentang perempuan dan hanya segelintir kisah perempuan yang mengesankan. Entah karena sejarah yang luput mencatat atau terlalu sedikit orang yang mengamati perkembangan sejarah perempuan hebat di dunia ini. Sehingga terkesan perempuan masihlah makhluk yang jauh di bawah laki-laki, makhluk yang masih dianggap lemah dan bodoh.
Barbara Quick seorang peneliti ahli anatomi perempuan di dunia berhasil menemukan sosok perempuan yang hampir terlupakan dan dilupakan. Barbara Quick berusaha untuk mengisahkan sejarah ahli anatomi perempuan pertama di dunia. Karena baginya merupakan suatu kewajiban untuk mengisahkan kisah-kisah mereka yang lama tenggelam ditelan kelamnya sejarah marginalisasi perempuan.
Novel A Golden Web ini merupakan novel yang menceritakan tentang seorang remaja bernama Alessandra Giliani. Seseorang yang berotak cerdas dan cemerlang. Ia mencintai ilmu pengetahuan, kecintaannya melebihi apapun, ia tidak peduli dengan apa yang dikatakan orang tua dan saudara-saudaranya, karena sejatinya dia adalah seorang perempuan. Yang pada saat itu perempuan hanyalah bisa menjadi ibu rumah tangga atau biarawati.
Alessandra hidup pada abad keempat belas, di mana pada zaman itu perempuan benar-benar tidak diberikan peluang apapun untuk meraih keilmuan lebih tinggi. Perempuan hanyalah sebagai makhluk lemah yang danggap tidak bisa melakukan apapun. Perempuan harus selalu patuh dengan perintah laki-laki. Bahkan ketika menginjak usia lima belas tahun, seorang gadis harus siap dipinang dan dijadiklan istri, akhirnya pupus sudah peluang untuk bisa menjadi lebih baik atau bahkan lebih pintar.
Namun anggapan masyarakat saat itu tidak terlalu digubris oleh Alessandra, dia tetap mencintai ilmu pengetahuan, ia tetap membaca buku-buku ayahnya yang tersimpan rapi dalam perpustakaan dan ia tetap memiliki cita-cita ingin menjadi dokter. Cita-cita yang ia impikan berawal ketika dia melihat ibunya meninggal tepat di depan matanya saat berjuang keras untuk melahirkan adik kecilnya. Ibu yang malang, gumamnya dalam hati. Ibunya tidak mampu melahirkan secara normal akhirnya seorang dokter membelah perut ibunya dan menyelamatkan adik kecilnya, namun nyawa ibunyalah yang dikorbankan. Alessandra berjanji pada dirinya sendiri untuk mencari ilmu tentang bagaimana menyelamatkan nyawa ibu yang sedang berjuang melahirkan anaknya tanpa mempertaruhkan nyawanya.
Tekad bulat Alessandra membuatnya berani menolak pernikahan yang direncanakan ayahnya dan melarikan diri dari rumah karena ia ingin belajar di universitas Bologna. Ia bertekad akan menjadi dokter terbaik di Bologna. Namun perjuangannya tidaklah muda, karena ia adalah seorang perempuan yang saat itu tidak mungkin perempuan menjadi mahasiswa, bisa jadi ia akan digantung di tiang dan dibakar para massa karena telah melakukan perubahan. Akhirnya ia memutuskan untuk menyamar menjadi laki-laki. Penyamaran yang tidak mudah dan penuh ancaman.
Alessandra berhasil memperdaya orang disekitarnya, mereka sama sekali tidak mengenal sosok perempuan pada dirinya, akhirnya dia berhasil menjadi mahasiswa di universitas Bologna. Kesempatan ini tidak dia sia-siakan begitu saja, Alessandra belajar serius dan selalu memperhatikan guru-gurunya. Dengan keahlian bahasa latin yang ia miliki, Sandra dengan mudah mempelajari buku-buku pelajarannya.
Alessandra berhasil menjadi mahasiswa terbaik dan banyak dipuji para cendekia Bologna. Bahkan Alesandra pun berhasil mematahkan pendapat Aristoteles tentang pandangan perempuan dan laki-laki. “Meskipun aku sangat mengaguminya, Aristoteles keliru dalam banyak hal. Dia berkata,”keberanian seorang lelaki tampak dalam caranya memerintah dan keberanian seorang perempuan tampak dalam caranya mematuhi. Jika memakai penilaian itu aku ini seorang pengecut”. (hlm 257).
Baginya kesempatan dan peluang itu dimiliki setiap manusia, baik seorang lelaki maupun perempuan. Kalau kapasitas perempuan lebih baik dari pada lelaki maka itu bukanlah suatu yang dianggap tabu, karena itu memang layak.
Semangat Alessandra dalam novel ini memberikan banyak inspirasi bagi kaum perempuan untuk tetap semangat dalam mengembangkan kemampuannya. Kesadaran yang dimiliki Alessandra harusnya juga dimiliki oleh para perempuan di Indonesia. Walaupun sudah ada yang mempelopori keberanian seorang perempuan yang dilakukan oleh bunda Kartini yang sebentar lagi kita akan memperingatinya, tetapi janganlah hanya sekedar sebuah peringatan. Kartini mempelopori gerakan perempuan masih berusia muda, hanya beberapa puluh tahun yang lalu, sedangkan yang dilakukan Alessandra jauh sebelum ratusan tahun lalu. Ini menandakan masih harus banyak pembenahan-pembenahan yang dilakukan perempuan Indonesia untuk bangkit dan lebih semangat dalam memperjuangakan kehidupan yang lebih layak.
Dengan kisah yang dituliskan oleh Barbara Quick tentang keberanian seorang gadis muda ini bisa menggugah perempuan di Indonesia untuk kembali melahirkan semangat-semangat Kartini baru. Bahkan melahirkan Alessandra ahli anatomi perempuan terbaru versi Indonesia.
Novel ini sangat sayang dilewatkan, karena kisah yang dihadirkan Barbara Quick terasa sangat begitu nyata. Pengembaraan yang dilakukan Alessandra membuat perasaan berkecamuk antara cemas, khawatir dan kekaguman tersendiri pada keberanian sosok perempuan muda.
Barbara Quick memang berhasil membawakan sejarah yang hampir tenggelam ditelan zaman. Sejarah yang ia hadirkan kembali memberi kesegaran dan semangat baru dalam kehidupan yang lebih baik, khususnya bagi kaum perempuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar